Senin, 04 Mei 2009

Siti Maemunah : The Series

Siti Maemunah : The Series
Polisi Muda (1)


Masih ingatkan denganku?Lihat lagi dong ceritaku dengan pegawai Telkom atau Tukang Bersih2. Ya, namaku Siti Maemunah, panggil saja aku Mae. Keluargaku cukup terpandang dengan gelar kebesaran mereka dari tanah Arabia, tapi masih kolot, apa-apa selalu dihubungkan dengan agama, huh… keluargaku adalah keluarga muslim yang teramat taat sehingga aku pun diwajibkan memakai baju kurung dan berjilbab sedari kecil. Namun segala sesuatu yang membuatku tidak bebas bergerak malah membuatku selalu ingin tahu dan aku sangat antusias bisa merasakan hal-hal baru di luar dunia kolot ini. Apalagi, ternyata aku tercipta menjadi seorang muslimah yang mempunyai hasrat nafsu sangat tinggi dan aku sangat bernafsu bila tubuhku dinikmati oleh banyak laki-laki, hal ini membuat lebih bersemangat. Mungkin aku jadi begini karena kehidupan sosialisasiku sangat terkekang semenjak kecil jadi ya beginilah, tahu enaknya di luar jadi susah ngilanginnya,he..he..he

Di kota ini aku lebih sering mengendarai motor bebekku, lebih gesit kalo mau pergi-pergi, kalau pengen naik mobil ya tinggal nebeng saja kan dengan lelaki. Gara-gara naik motor inilah, aku jadi punya lelaki cadangan untuk memuaskan dahagaku. Suatu hari aku harus ke tempat dosenku untuk menyerahkan tugas kuliahku yang belum kelar di daerah Kota Baru Jogja dan aku mengambil untuk jalan Tiro untuk lebih cepatnya dan saking terburu-burunya karena si Dosen mau pergi , aku nggak sengaja melanggar lampu merah padahal di perempatan Cik Di Tiro tersebut ada pos polisi,mampuslah aku.

Sampai di sebelah selatan Gramedia aku distop oleh seorang anggota polisi, kutaksir usianya masih muda, paling juga baru lulus dari Secaba di Purwokerto. Jadilah semua surat-suratku diperiksa dan seperti biasanya dengan Rp. 10 ribu serta bilang kalau anak kuliahan, loloslah aku, karena aku lagi ngejar waktu begitu ku kasih uang dan kuminta STNKnya aku langsung tancap gas tapi sepintas dia lumayan ganteng juga, tinggi dan tegap lagi, “Uu’uuhh… sial” batinku, gara-gara dosen gila aku jadi kehilangan tambahan cadangan kontol dah.

Fiiuhh.. untungnya si dosen masih keburu dan karena capek, aku langsung aja balik ke rumah. Sorenya, pas sehabis mandi lagi benerin jilbab karena mo jalan ada yang ngetuk pintu rumahku. “Kulonuwun… Assalamualaikum…”, pikirku mungkin temen lelakiku ada yang dateng buat nagih jepitan dagingku, kebetulan banget aku lagi pengen di sodok-sodok, dengan masih memakai daster terusan kebanggaanku, aku buka pintu. “Maaf mbak Siti Maemunah, ini SIMnya tadi belum kebawa” kata lelaki berseragam itu. Uups, ternyata bapak polisi tadi yang datang. Kebetulan nih,aku lagi penasaran pingin ngrasain kontol berseragam dan kalau dipikir-pikir, ngapain polisi repot-repot nyari rumahku kalau nggak pingin mencoba yang lain? Aku jadi bergairah untuk menggodanya. “Oohh… trima kasih pak,maaf merepotkan” kataku, kutahu namanya Wibowo. P dari nama di seragamnya.

Ternyata dia lumayan tinggi, sekitar 170 cm-an, tubuh tegap dan ideal, kulit sudah mulai terbakar matahari dan wajahnya lumayan ganteng juga dengan kumisnya. “Panggil saja aku Mae” kataku supaya lebih akrab. Kita ngobrol banyak hal dan Bowo ternyata asik juga dibuat ngobrol walaupun gayanya yang tegas kadang kelihatan. Dan lebih kelihatan lagi saat matanya sering melirik tetekku dan aku sempat kaget saat aku sadar aku masih belum memakai bra jadinya bentuk tetekku lumayan tercetak di dasterku itu. Tapi itu membuatku jadi bertambah terangsang pingin dientotin sama kontol lelaki berseragam.

Tiba-tiba gerimis mulai turun dan karena kita masih di teras, aku ajak dia masuk ke dalam. Aku sengaja mengubah posisi dudukku sehingga pakaianku yang terusan tipis itu jadi agak tersingkap. Pahaku yang mulus kini sepenuhnya kelihatan. Hal ini membuat duduknya semakin gelisah. Matanya berkali-kali mencuri pandang ke arah pahaku.

“Sebentar Wo, saya ambil teh dulu,” kataku sambil bangkit dan berjalan ke dapur
“I..iya, Mbak..” jawab Pak Bowo agak tergagap karena lamunannya terputus oleh kataku tadi.
Suasana sepi di rumahku ditambah dengan dinginnya malam membuat gairahku bergejolak menuntut penuntasan. Apa boleh buat aku harus berhasil menggoda Bowo, apapun caranya. Demikian tekad nakalku menari-nari dalam kepalaku.

Setelah mengambil minuman, aku duduk berhadap-hadapan dengan Bowo. Duduknya semakin gelisah melihat penampilanku yang sangat segar habis mandi tadi. Akhirnya mungkin karena tidak tahan atau karena udara dingin ia minta ijin untuk ke kamar kecil.

“Eh.. anu, Mbak.. Boleh minta ijin ke kamar kecil, Mae.” , “Silakan, Wo.. Pakai yang di dekat dapur saja.” Kataku, “Baik, Mae…” Sambil berdiri ia membetulkan celana seragam dinasnya yang ketat. Aku melihat ada tonjolan besar yang mengganjal di sela-sela pahanya.
Agak ragu-ragu ia melangkah masuk hingga aku berjalan di depannya sebagai pemandu jalan. Akhirnya kutunjukkan kamar kecil yang bisa dipakainya. Begitu ia masuk aku pun pergi ke dapur untuk mencari makanan kecil, sementara di luar hujan semakin deras saja.
Aku terkejut saat aku keluar dari dapur tiba-tiba ada tangan kekar yang memelukku dari belakang. Piring bakpia hampir saja terlepas dari tanganku karena kaget. Rupanya aku salah menduga. Bowo yang kukira tidak mempunyai keberanian ternyata tanpa kumulai sudah mendahului dengan cara mendekapku. Napasnya yang keras menyapu-nyapu kudukku hingga membuatku merinding.

“Ma..maaf, Mbak.. say.. saya sudah tidak tahan…” desisnya diiringi dengus napasnya yang menderu.
Lidahnya menjilat-jilat tengkukku hingga aku menggeliat sementara tangannya yang kokoh secara menyilang mendekap kedua dadaku. Untuk menjaga wibawaku aku pura-pura marah.
“Pak Bowo… apa-apaan ini” suaraku agak kukeraskan sementara tanganku mencoba menahan laju tangan Bowo yang semakin liar meremas tetekku dari luar gaunku.

“Ma..af, Mbaak.. say.. saya.. sudah tidak tahan lagi..” diulanginya ucapanya yang tadi tetapi tangannya semakin liar bergerak meremas dan kedua ujung ibu jarinya memutar-mutar kedua puting tetekku dari luar gaun tipisku.
Perlawananku semakin melemah karena terkalahkan oleh desakan napsuku yang menuntut pemenuhan. Apalagi tonjolan di balik celana Bowo yang keras menekan kuat di belahan kedua belah buah pantatku. Hal ini semakin membuat nafsuku terbangkit ditambah dinginnya malam dan derasnya hujan di luar sana. Suasana sangat mendukung bagi setan untuk menggoda dan menggelitik nafsuku.

Tubuhku semakin merinding dan kurasakan seluruh bulu romaku berdiri saat jilatan lidah Bowo yang panas menerpa tulang belakangku. Tubuhku didorong Bowo hingga tengkurap di atas meja makan dekat dapur yang kokoh karena memang terbuat dari kayu jati pilihan. Saat itulah tiba-tiba salah satu tangan Bowo beralih menyingkap gaunku dan meremas kedua buah pantatku.
Aku semakin terangsang hebat saat tangan Bowo yang kasar menyusup celana dalamku dan meremas pantatku dengan gemas. Sesekali jarinya yang nakal menyentuh lubang anusku.

Gila..!! Benar-benar lelaki yang kasar dan liar. Tapi aku senang karena ini sensasi lain..!! Kasar dan liar…apa lagi samar-samar kucium aroma keringat Bowo yang berbau khas lelaki! Tanpa parfum…gila aku jadi terobsesi dengan bau khas seperti ini.

“Aakkhhh....Bowoo…ooohh jaangg…aannhhhh” desahku antara pura-pura menolak dan meminta.
Ya, harus kuakui kalau aku benar-benar rindu pada jamahan lelaki kasar macam Bowo. Bowo yang sudah sangat bernafsu sudah tidak mempedulikan apa-apa lagi. Dengan beringas dan agak kasar dijilatinya dan dikecupnya punggungku di sana-sini sehingga membuat aku menggeliat dan menggelepar seperti ikan kekurangan air. Apalagi saat bibirnya yang ditumbuhi kumis mulai menjilat-jilat pantatku.

“Aaa……aakkkhh..Wo..aakhh..jang..aakkhhh”
Kepura-puraanku akhirnya hilang saat dengan agak kasar mulut Bowo dengan rakusnya menggigiti dan mengecup kedua belah pantatku!! Luar biasa sensasi yang kurasakan saat itu. Pantatku bergoyang-goyang ke kanan dan kiri menahan geli saat digigit Bowo.
“Eemmmhh..pantat mbak indahh…” kudengar Pak Bowo menggumam mengagumi keindahan pantatku. Lalu tanpa rasa jijik sedikitpun lidahnya menyelusup ke dalam lubang anusku dan jilat sana jilat sini.

“Oouuucchhh…ssshhhhh…Aamm…….ampunnhhh” aku mendesis karena tidak tahan dengan rangsangan yang diberikan lelaki kasar yang sebenarnya harus melindungi dan mengayomiku. Aku benar-benar pasrah total.

Liang memekku sudah berkedut-kedut seolah tak sabar menanti disodok-sodok. Rangsangan semakin hebat kurasakan saat tiba-tiba kepala Bowo menyeruak di sela-sela pahaku dan mulutnya yang rakus mencium, menjilat dan menyedot-nyedot liang memekku dari arah belakang.
Secara otomatis kakiku melebar untuk memberikan ruang bagi kepalanya agar lebih leluasa menyeruak masuk. Aku sepertinya semakin gila. Karena baru kali ini aku bermain gila dengan lelaki berseragam. Tapi aku tak peduli yang penting gejolak nafsuku terpenuhi. Titik!
“Ooouuucchhh… sssshhhhh…tteerussshhhh.. Oohhh, Bowoooo……oookkkhhhh…”

Pantatku semakin liar bergoyang saat lidah Bowo menyelusup ke dalam alur sempit di selangkanganku yang sudah sangat basah dan menjilat-jilat kelentitku yang sudah sangat mengembang karena birahi. Aku merasakan ada suatu desakan teramat dahsyat yang menggelora, tubuhku seolah mengawang dan ringan sekali seperti terbang ke langit kenikmatan. Tubuhku kelojotan menahan terpaan gelora kenikmatan.

Bowo semakin liar menjilat dan sesekali menyedot kelentitku dengan bibirnya hingga akhirnya aku tak mampu lagi menahan gelombang kenikmatan itu.
“Aaaa……aakkkkhhh… Bowoooo……ooouucchhh aaakkkhhh…”

Aku mendesis melepas orgasmeku yang pertama. Nikmat sekali rasanya. Tubuhku bergerak liar untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam karena lemas. Napasku masih memburu saat Bowo melepaskan bibirnya dari gundukan bukit di selangkanganku. Lalu masih dengan posisi tengkurap di atas sofa dengan setengah menungging tubuhku kembali ditindih Bowo.
Kali ini ia rupanya sudah menurunkan celana seragamnya karena aku merasakan ada benda hangat dan keras yang menempel ketat di belahan pantatku. Gila panas sekali benda itu! Aku terlalu lemas untuk bereaksi.

Beberapa saat kemudian aku merasakan benda itu menggesek-gesek belahan memekku yang sudah basah dan licin. Sedikit demi sedikit benda keras itu menerobos kehangatan liang kemaluanku. Sesak sekali rasanya. Mungkin apa yang kubayangkan tadi benar!! Karena selama ini aku belum pernah melihat ukuran, bentuk maupun warnanya! Tapi aku yakin kalau warnanya kecoklatan.
Aku kembali terangsang saat benda hangat itu menyeruak masuk dalam kehangatan bibir kemaluanku.

“Hhhkkk……hhhhhh…… sssshhh…… meeemm……meeekkkkhhhh…Mbak…Mmaaee…...nni… benar-benar legithhhh……” Gumamnya di sela-sela napasnya yang memburu. Didesakkannya batang kemaluan Bowo ke dalam lubang kemaluanku. Ouhhh lagi-lagi sensasi yang luar biasa menerpaku. Di kedinginan dan terpaan deru hujan kami berdua justru berkeringat…

Gila… Bowo menyetubuhiku di ruang tamu tempat aku biasanya belajar ngaji dengan Pak Fathoni dengan ibu-ibu disini! Dasterku tidak dilepas semuanya, hanya disingkap bagian bawahnya sedangkan celana dalam sudah terbang entah kemana dilemparnya.
“Oooo……uuukkkhhhh Bowoooo……… aaaahhhh….”

Aku hanya mampu merintih menahan nikmat yang amat sangat saat Bowo mulai memompaku dari belakang! Dengan posisi setengah menungging dan bertumpu pada sofa tamu, tubuhku disodok-sodok Bowo dengan gairah meluap-luap.

Tubuhku tersentak ke depan saat Bowo dengan semangat menghunjamkan kontolnya ke dalam jepitan liang memekku! Lalu dengan agak kasar ditekannya punggungku hingga dadaku agak sesak menekan permukaan sofa! Tangan kirinya menekan punggungku sedangkan tangan kanannya meremas-remas pantatku dengan gemasnya.

Tanpa kusadari tubuhku ikut bergoyang seolah-olah menyambut dorongan batang kemaluan Bowo. Pantatku bergoyang memutar mengimbangi tusukan-tusukan kontol Bowo yang menghunjam dalam-dalam.
Suara benturan pantatku dengan kontol Bowo yang terdengar di sela-sela suara gemuruh hujan menambah gairahku kian berkobar. Apalagi bau keringat Bowo semakin tajam tercium hidungku. Tanpa sadar mulutku bergumam dan menceracau liar.
“Oouuhhh……mmmpphhhh…… terussshhh…….. terushh…… yang kerass…ssshhh……”
Aku menceracau dan menggoyang pantatku kian liar saat aku merasakan detik-detik menuju puncak.

“Ggooyyaaannggghhhh……, Mmmhh…mmbaakkkhhh…kkkhhhheeemmm……mmoothhinnhhh……”
Kudengar pula Bowo menggeram memberiku instruksi untuk memuaskan birahinya sambil meremas pantatku kian keras. Batang kontolnya semakin keras menyodok liang memekku yang sudah kian licin. Aku merasakan kontolnya mulai berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku.
Aku sendiri merasa semakin dekat mencapai orgasmeku yang kedua. Tubuhku serasa melayang. Mataku membeliak menahan nikmat yang teramat sangat. Tubuh kami terus bergoyang dan beradu, sementara dasterku sudah basah oleh keringatku sendiri. Bowo semakin keras dan liar menghunjamkan kontolnya yang terjepit erat memekku. Lalu tiba-tiba tubuhnya mengejang-ejang dan mulutnya menggeram keras.

“Aaarrrrggghhhh… terusshhhh, Mmbaakkhhh… goyangghhhh…… aaaarrrrggghhhhhh….sshhhh……”
Kontolnya yang terjepit erat dalam memekku berdenyut kencang dan akhirnya aku merasakan adanya semprotan hangat di dalam tubuhku…

Ccrrroott….ccrroottt….crrrooottt…..Serr.. serr.. serr…hhhaaaa…aaakkkhhhh……ooouuucchhh……..
Beberapa kali air mani Bowo menyirami rahimku seolah menjadi pengobat dahaga liarku. Tubuhnya kian berkejat-kejat liar dan tangannya semakin keras mencengkeram dan menarik-narik jilbabku hingga aku merasa agak sakit dibuatnya. Tapi aku tak peduli. Tubuhku pun seolah terkena aliran listrik yang dahsyat dan pantatku bergerak liar menyongsong hunjaman kontolnya yang masih menyemprotkan sisa-sisa air maninya.

“Ooouuuccchhhh… aaakkkkhh.. terussshhh…… Bbhhoo…wwooo…ooookkkkkhhh…sssshhhhh……”
Tanpa malu atau sungkan aku sudah meminta Bowo untuk lebih kuat menggoyang pantatnya untuk menuntaskan dahagaku.

Akhirnya aku benar-benar terkapar. Tulang-belulangku serasa terlepas semua. Benar-benar lemas aku dibuat oleh Bowo. Kami terdiam beberapa saat menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami peroleh.

Kontolnya kurasakan mulai mengkerut dalam jepitan memekku. Perlahan namun pasti akhirnya kontol itu terdorong keluar dan terkulai menempel di depan bibir kemaluanku yang basah oleh cairan kami berdua.

Gila, banyak sekali Bowo mengeluarkan air maninya! Aku tahu itu karena banyaknya tumpahan air mani yang menetes dari lubang kemaluanku ke lantai ruang tamu.

“Mbak benar-benar hebat… Saya jadi tergila-gila sama mbak…” bisik Bowo di telingaku.
Aku hanya diam merasakan batinku terpuaskan hasrat liarku. Ya, aku baru saja disetubuhi oleh seorang laki-laki yang bukan muhrimku… Aku hanya bisa termenung tapi seluruh jiwaku sangat menikmati batang kontolnya. Persetan dengan aturan, toh yang membuat aturan adalah manusia juga. Yang kurasakan adalah bagaimana bisa merasakan permainan dunia dan aku sudah sering keluar masuk surga ini, aku teramat mencintai kenyamanan surga ini.
Kuremas tangan kekar Bowo yang sedang memeluk tubuhku. Bowo dengan mesra lalu menciumi tengkuk dan telingaku.

Aku berusaha melepaskan diri dari jepitan tubuh Bowo yang kekar. Lalu aku meninggalkan Bowo yang masih bugil dan lemas begitu saja untuk bergegas ke kamar mandi untuk membetulkan jilbabku yang awut-awutan, mencuci muka dan memekku yang teramat lembab oleh air mani kami tadi.

Aku keluar dari kamar mandi dengan masih mengenakan dasterku yang sebetulnya agak kotor kena keringat. Baru kusadari betapa kacaunya ruang tamuku! Meja tamuku sudah bergeser tak karuan. Sementara kulihat celana dalamku terlempar ke sudut ruangan dekat televisi. Bowo masih membetulkan celana seragamnya.

“Mbak, saya.. boleh numpang mandi, Mae…”
“Silakan, Wo.. Handuknya ada di dalam.”
Aku mengambil kain pel dan membersihkan cairan sisa-sisa persenggamaanku dengan Bowo yang berceceran di lantai, kalau besok pagi Mbok Sarinem tahu bisa gawat aku. Sementara itu Bowo mandi di kamar mandi yang baru saja kupakai.

Tidak ada komentar: