Senin, 04 Mei 2009

Polisi Muda (2)

Polisi Muda (2)



Aku masih mengepel cairan sisa-sisa perjuangan kami tadi yang masih menempel di lantai. Tanpa kusadari tiba-tiba Bowo yang hanya mengenakan handuk memelukku lagi dari belakang.
Gila! Orang ini benar-benar bernafsu kuda!! Tubuhku diangkatnya dan hendak dibawa ke meja makan di belakang ruang tamuku ini.

“Jangan di situ, Wo…” bisikku, “Ke kamar tidurku aja…”
Aku tahu tak mungkin aku menolak keinginan Bowo! Apalagi aku juga teramat menyukainya. Jadi aku menurut saja saat ia ingin menyetubuhiku lagi…
Akhirnya tubuhku dibopong ke kamar tidurku. Kamar tidurku dilengkapi tempat tidur springbed, dan kamar mandi di dalam, serta AC! Tempat yang sama dimana aku juga sering menikmati kejantanan lelaki.

Setelah menutup pintu kamar dengan kakinya, Bowo menurunkan tubuhku di lantai dan bibirnya mulai mencari-cari bibirku.
Aku diam saja saat bibirnya menyedot-nyedot bibirku. Kumisnya yang tipis terasa geli mengais-ngais hidungku. Aku semakin geli saat lidahnya berusaha menyusup ke dalam mulutku dan mengais-ngais didalamnya. Tanpa sadar lidahku ikut menyambut lidahnya yang mendesak-desak dalam mulutku. Akhirnya kami saling pagut dengan liar dan menggelora.
Aku sudah tak peduli kalau Bowo itu adalah seorang aparat yang harusnya melindungi dan mengayomi diriku dan walaupun aku baru mengenalnya sore tadi tapi dengan lelaki-lelaki yang masih asing bagiku justru ku dapatkan gairah yang meluap-luap. Yang kutahu adalah nafsuku mulai bangkit lagi. Apalagi tangan Bowo mulai menyingkap dasterku ke atas dan melepaskannya melalui kepalaku yang masih berjilbab hingga aku telanjang bulat di depannya! Gila aku telah telanjang bulat tapi masih berjilbab!! Aku memang belum sempat memakai celana dalam dan BH setelah mencuci memekku tadi. Lalu dengan sekali tarik Bowo melepas handuk yang melilit di pinggangnya hingga ia juga telanjang bulat di depanku!

Benar dugaanku! Ternyata kontolnya berwarna kecoklatan dengan rambut yang sangat lebat. Topi bajanya tampak mengkilat dan mengacung ke atas dengan gagahnya! Mungkin bila dijajarkan dengan senapan revolver yang biasa dibawanya ukurannya hampir sama besarnya!! Makanya tadi kurasakan betapa sempitnya liang memekku menjepit benda itu!! Aku jadi tak merasa rugi menyerahkan tubuhku padanya…

Aku tidak sempat berlama-lama melihat pemandangan itu, karena sekali lagi Bowo menyergapku. Mulutnya dengan ganas melumat bibirku sementara tangannya meremas erat kepala berjilbabku. Aku merasa kegelian saat tangannya meremas-remas pantatku yang telanjang. Aku semakin menggelinjang saat bibirnya mulai turun ke leher dan terus ke dua buah tetekku yang padat menjadi sasaran mulutnya yang bergairah!
Gila.. Liar dan panas! Itulah yang dapat kugambarkan. Betapa tidak! Bowo mencumbuku dengan semangat yang begitu bergelora seolah-oleh kucing lapar menemukan bandeng! Agak sakit tapi nikmat saat kedua buah tetekku secara bergantian digigit dan disedot dengan liar oleh mulut dan lidahnya.

Tanganku pun dibimbing Bowo untuk dipegangkan ke batang kemaluannya yang tegak menjulang.
“Oouucchhh… ssshhhhh… niikmaatthhhhh…”
Mulutku tak sadar berbicara saat lidah Bowo yang panas dengan liar mempermainkan puting tetekku yang sudah mengeras. Sambil masih tetap memeluk tubuhku dan menciumi tetekku, Bowo duduk di pinggir tempat tidur.
Dilepaskannya mulutnya dari tetekku dan kembali diciuminya bibirku dengan ganasnya. Aku jadi terjongkok didepan tubuh telanjang Bowo yang sudah duduk di kasur springbedku, aku jadi berdiri di atas kedua lututku. Tetekku yang kencang menjepit batang kontolnya yang kecoklatan dan keras itu!

“Hhhaaahhhh…sssshhh….”

Bowo mendesis saat batang kontolnya yang besar dan kecoklatan itu terjepit tetekku. Dipeluknya tubuhku dengan semakin ketat dan ditekankannya hingga tetekku semakin erat menjepit batang kontolnya. Aku merasa kegelian saat bulu-bulu kemaluan Bowo yang sangat lebat menggesek-gesek pangkal tetekku. Apalagi batang kontolnya yang keras terjepit di tengah belahan kedua buah tetekku, hal ini menimbulkan sensasi yang lain daripada yang lain.
Aku tidak sempat berlama-lama merasakan sensasi itu saat tangan Bowo yang kokoh menekan kepalaku ke bawah. Diarahkannya kepalaku ke arah kontolnya, sementara tangan satunya memegang batang kontolnya yang berdiri gagah di depan wajahku. Aku tahu ia menginginkan aku untuk mengulum kontolnya.

Tanpa perasaan malu lagi kubuka mulutku dan kujilati batang kontol Bowo yang mengkilat. Gila besar sekali!! Mulutku hampir tidak muat dimasuki benda itu.

“Aarrggghhhhh……ter……terushhh, Mbbaakkhhh…”

Mulut Bowo mengoceh tak karuan saat kumasukkan kontolnya yang sangat besar itu ke dalam mulutku. Kujilati lubang di ujung kontolnya hingga ia mendesis-desis seperti orang kepedasan. Sementara itu, kedua tangan Bowo terus memegangi dan meremas gemas kepalaku yang masih berjilbab seolah takut kalau aku akan menarik kepalaku dari selangkangannya.
Setelah beberapa lama, dengan halus kubelai tangan Bowo dan kulepaskan cengkeramannya dari kepalaku yang masih berjilbab. Setelah itu, sambil mulut dan tanganku terus bekerja memanjakan kontolnya, mataku senantiasa menatap sendu mata Bowo. Sesekali aku pun melempar senyum genitku padanya jika mulutku sedang tak dipenuhi oleh kontolnya. Dengan begitu, aku seolah ingin mengatakan padanya.

“Jangan khawatir. Aku tak akan menjauhkan kepalaku dari selangkanganmu. Aku akan terus memanjakan kontolmu yang besar dan panjang ini dengan mulut dan kedua tanganku….”
Bowo pun jadi lebih santai dan menikmati pekerjaanku yang kulakukan dengan penuh hasrat yang menggelora, bisa merasakan kontol seorang aparat penegak hukum.
Tidak puas bermain-main dengan batang kontolnya saja, mulutku lalu bergeser ke bawah menyusuri guratan urat yang memanjang dari ujung kepala kontolnya hingga ke pangkalnya. Bowo semakin blingsatan menerima layananku! Tubuhnya semakin liar bergerak saat bibirku menyedot kedua biji telor Bowo secara bergantian.

“Mmbb… mbaakk…… hheeb……baathhh… ooohhh… sssshhh.. aakkkhhhhh……”
Aku semakin nakal, bibirku tidak hanya menyedot kantung zakarnya melainkan lidahku sesekali mengais-ngais anus Bowo yang ditumbuhi rambut. Bowo semakin membuka kakinya lebar-lebar agar aku lebih leluasa memuaskannya.

Beberapa saat kemudian tubuhku ditarik Bowo dan dilemparkannya ke tempat tidur.
Aku masih tengkurap saat tubuh telanjangku ditindih tubuh telanjang Bowo. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dengan kakinya. Otomatis kontolnya kini terjepit antara perutnya sendiri dan pantatku. Ditekannya pantatnya hingga kontolnya semakin ketat menempel di belahan pantatku.

Tubuhku menggelinjang hebat saat lidahnya kembali menyibak kain jilbabku dan menyusuri tulang belakangku dari leher terus turun ke punggung dan turun lagi ke arah pantatku.
Tanpa rasa jijik sedikitpun, lidah Bowo kini mempermainkan lubang anusku. Aku merasakan kegelian yang amat sangat tetapi aku tidak dapat bergerak karena pantatku ditekannya kuat-kuat. Aku hanya pasrah dan menikmati gairahnya…

Aku tahu Bowo melakukan itu karena aku pun telah melakukan hal yang sama padanya barusan. Aku sama sekali tak mengharapkan balas budi seperti itu, tapi tentu saja aku sangat berterima kasih pada Bowo karena aku pun kini dapat menikmatinya.

Seluruh tubuhku dijilatinya tanpa terlewatkan seincipun. Dari lubang anus, lidahnya menjalar ke bawah pahaku terus ke lutut dan akhirnya seluruh ujung jariku dikulumnya. Benar-benar gila!! Rasa geli dan nikmat berbaur menjadi satu.

Setelah puas melumat seluruh jari kakiku, Bowo membalikkan tubuh telanjangku hingga kini aku terlentang di tempat tidur. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dan ia sekali lagi menindihku. Kali ini posisi kami saling berhadap-hadapan dengan tubuhku ditindih tubuh kekarnya.

Lidahnya kembali bergerak liar menjilati tubuhku. Sasarannya kali ini adalah daerah sensitif di belakang leherku. Aku menggelinjang kegelian. Bibir Bowo dengan ganasnya menyedot-nyedot daerah itu sambil sesekali menyentil, menggigit dan menarik-narik lembut kain jilbabku dengan giginya.
“Jang…jang…aannhh dimerah ya, Wwoo…” erangku memohon padanya.
“Tidak.. Mbak…. saya cuma gemasss!!” desis Bowo sambil tetap menjilati bagian belakang telingaku.

“Tapi kalo di sini boleh kan?” katanya nakal sambil tiba-tiba menyedot tetekku.

“Aaaauuwwww……” jeritku terkejut karena gerakannya yang tiba-tiba.

Rupanya Bowo dengan sengaja meninggalkan cupangan merah yang banyak di seputar kedua tetekku. Tingkah lakunya seperti ingin menandai bahwa tubuhku sekarang telah jadi miliknya juga… Aku kegelian dan semakin bertambah horny karena aksinya itu.

Sementara itu tangannya terus bergerak liar meremas tetekku bergantian. Aku semakin mendesis liar saat mulutnyadengan liar dan gemas menyedot tetekku bergantian. Kedua puting tetekku dipermainkan oleh lidahnya yang panas sementara tangannya bergerak turun ke bawah dan mulai bermain-main di selangkanganku yang sudah basah. Liang memekku berdenyut-denyut karena terangsang hebat, saat jari-jari tangannya menguak labia mayoraku dan menggesek-gesekkan jarinya di dinding lubang memekku yang sudah semakin licin.
Sensasi hebat kembali menderaku saat dengan liar mulutnya menggigit-gigit perut bagian bawahku yang masih rata. Perutku memang rata karena aku rajin berlatih kebugaran atau sekedar joging di sekitar kampusku.

“Aaakkkhhhh… Wwooo…ooouuucchhhhh…ssshhhh….” Aku mendesis saat bibir Bowo menelusuri gundukan bukit memekku.

Lidahnya menyapu-nyapu celah di selangkanganku dari atas ke bawah hingga dekat lubang anusku. Lidahnya terus bergerak liar seolah tak ingin melewatkan apa yang ada di sana.
Tubuhku tersentak saat lidahnya yang panas menyusup ke dalam liang memekku dan menyapu-nyapu dinding kemaluanku. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar hingga wajah Bowo bebas menempel gundukan memekku. Rasa geli yang tak terhingga menderaku. Apalagi kumisnya yang tipis kadang ikut menggesek dinding lubang memekku membuat aku semakin kelojotan dibuatnya.
Tubuhku serasa kejang karena kegelian saat wajahnya dengan giat menggesek-gesek bukit memekku yang terbuka lebar. Perutku serasa kaku dan mataku terbeliak lebar. Kugigit bibirku sendiri karena menahan nikmat yang teramat sangat.

“Aaakkkhhh………Boo…woooohhhh…aakk….kkkuuuuu……oookkkh hhh…ssshhh….”

Aku tak kuasa meneruskan kata kataku karena aku sudah keburu orgasme saat lidah Bowo dengan liar menggesek-gesek kelentitku. Tubuhku seolah terhempas dalam nikmat. Aku tak bisa bergerak karena kedua pahaku ditindih lengannya yang kokoh.

Tubuhku masih terasa lemas dan seolah tak bertulang saat kedua kakiku ditarik Bowo hingga pantatku berada di tepi tempat tidur dan kedua kakiku menjuntai ke lantai. Bowo lalu menguakkan kedua kakiku dan memposisikan dirinya di tengah-tengahnya.

Sejenak ia tersenyum menatapku yang masih terengah-engah tak berdaya di bawahnya. Sebuah senyum kemenangan karena ia telah berhasil mengalahkanku satu ronde! Aku pun tentu saja sangat senang diperlakukan seperti itu oleh seorang lelaki. Maka aku pasrah saja membiarkannya berbuat apa pun yang disukainya untuk melampiaskan nafsunya pada diriku sekarang.

Kemudian ia mencucukkan batang kontolnya yang sudah sangat keras ke bibir memekku yang sudah sangat basah karena cairanku sendiri.
Aku menahan napas saat Bowo mendorong pantatnya hingga ujung kontolnya mulai menerobos masuk ke dalam jepitan liang memekku. Secenti demi secenti batang kontolnya mulai melesak ke dalam jepitan liang memekku. Aku menggoyangkan pantatku untuk membantu memudahkan penetrasinya.
Rupanya Bowo sangat berpengalaman dalam hal seks. Hal ini terbukti bahwa ia tidak terburu-buru melesakkan seluruh kontolnya tetapi dilakukannya secara bertahap dengan diselingi gesekan-gesekan kecil ditarik sedikit lalu didorong maju lagi hingga tanpa terasa seluruh kontolnya sudah terbenam seluruhnya ke dalam memekku.

Bibir Bowo memagut bibirku dan akupun membalas tak kalah liarnya. Aku merasakan betapa kontol Bowo yang terjepit dalam memekku mengedut-ngedut.

Kami saling berpandangan dan tersenyum mesra. Tubuhku tersentak saat tiba-tiba Bowo menarik batang kontolnya dari jepitan liang memekku.

“Aaakkkhhhh…” aku menjerit tertahan.
“Enak, Mbak…?” bisiknya.
“Kamu nakal Woohhh…oohhh…”
Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Bowo mendorong kembali pantatnya kuat-kuat hingga seolah-olah ujung kontolnya menumbuk dinding rahimku di dalam sana.
Aku tidak diberinya kesempatan untuk bicara. Bibirku kembali dilumatnya sementara memekku digenjot lagi dengan tusukan-tusukan nikmat dari kontolnya yang besar.
Setelah puas melumat bibirku, kini giliran tetekku yang dijadikan sasaran lumatan bibir Bowo. Kedua puting tetekku kembali dijadikan bulan-bulanan lidah dan mulut Bowo.
Tubuhku mulai mengejang… Gawat, aku hampir orgasme lagi. Kulihat Bowo masih belum apa-apa!! Ini tidak boleh dibiarkan… pikirku. Aku paling suka kalau posisi di atas sehingga saat orgasme bisa merasakan kenikmatan yang penuh. Lalu tanpa rasa malu lagi kubisikkan sesuatu di telinga Bowo.
“Giliran aku di atas, Sayang….”
Gila…! Aku sudah mulai sayang-sayangan dengan polisi muda itu!
Bowo meluluskan permintaanku dan menghentikan tusukan-tusukannya. Lalu tanpa melepaskan kontolnya dari jepitan memekku, ia menggulingkan tubuhnya ke samping. Kini aku sudah berada di atas tubuhnya.

Aku sedikit berjongkok dengan kedua kakiku di sisi pinggulnya. Kemudian perlahan-lahan aku mulai menggoyangkan pantatku. Mula-mula gerakanku maju mundur lalu berputar seperti layaknya goyangan para penyanyi dangdut. Kulihat matanya mulai membeliak saat batang kemaluannya yang terjepit dalam liang memekku kuputar dan kugoyang. Pantatnya pun ikut bergoyang mengikuti iramaku.

“Ssshhh… oouuugghhh… terusshhh… Mmbaakk… aarrgghhhh…!”
Bowo mulai menggeram. Tangannya yang kokoh mencengkeram kedua pantatku dan ikut membantu menggoyangnya.

Gerakan kami semakin liar. Napas kami pun semakin menderu seolah menyaingi gemuruh hujan yang masih turun di luar sana. Cengkeraman tangan kekarnya semakin kuat menekan pantatku hingga aku terduduk di atas kemaluannya. Kelentitku semakin kuat tergesek batang kontolnya hingga aku tak dapat menahan diri lagi.

Tubuhku bergerak semakin liar dan kepalaku tersentak-sentak ke belakang saat puncak orgasmeku untuk yang kesekian kalinya tercapai. Tubuhku mengejang kuat di atas perut Bowo. Ada semacam arus listrik yang menjalar dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun. Akupun menggeliat tak karuan.

“Aaaakkkkkhhhh……… ooookkkkhhhh… ter……rruussshhhhhh…, Wwooo… ooouukkkhhh…… aakhhh… aakkhh…aakkhh……sssshhhhh……”

Aku menggelinjang dan menjerit melepas orgasmeku meminta Bowo untuk semakin kuat memutar pantatnya. Akhirnya aku benar-benar ambruk di atas perut Bowo. Tulang belulangku seperti dilolosi. Tubuhku lemas tak bertenaga. Napasku ngos-ngosan seperti habis mengangkat beban yang begitu berat.

Aku hanya pasrah saat Bowo yang belum orgasme mengangkat tubuhku dan membalikkannya. Ia mengganjal perutku dengan beberapa bantal hingga aku seperti tengkurap di atas bantal. Kemudian Bowo menempatkan diri di belakangku. Dicucukkannya kontolnya di belahan memekku dari belakang. Rupanya ia paling menyukai kalau aku menungging.

Setelah tepat sasaran, Bowo mulai menekan pantatnya hingga kontolnya amblas tertelan memekku. Ia diam beberapa saat untuk menikmati sensasi legitnya jepitan liang memekku. Dengan bertumpu pada kedua lututnya, Bowo mulai menggenjot memekku dari arah belakang.
Kembali terdengar suara beradunya pantatku dengan tulang kemaluannya yang semakin lama semakin cepat mengayunkan pantatnya maju mundur. Kurang puas dengan jepitan memekku, kedua pahaku yang terbuka dikatupkannya hingga kedua kakiku berada diantara kedua pahanya.

Kembali ia mengayunkan pantatnya maju mundur. Aku merasakan betapa jepitan memekku kian erat menjepit kontolnya. Aku bermaksud menggerakkan pantatku mengikuti gerakannya, tetapi tekanan tangannya terlalu kuat untuk kulawan hingga aku pasrah saja.

Aku benar-benar dibawah penguasaannya secara total. Tempat tidurku ikut bergoyang seiring dengan ayunan kontolnya yang menghunjam keras ke dalam memekku.

Nafsuku mulai terbangkitkan kembali. Perlahan-lahan gairahku meningkat saat kontolnya menggesek-gesek kelentitku.

“Uugghhh…uugghh…uuukkhhh…”

Terdengar suaranya mendengus saat memacu menggerakkan pantatnya menghunjamkan kontolnya.

“Terusshhh… terusshhhh….,Wwoo… geenjooothhh… yyaangg…… kkkhheerrr….rrraasss……ssshhhh……aarrrrggggghhhhhh… aakkhh…aakkhh….aakkhh… ooowwwhhhhh……ssssstttthhhh….sseerrr….sseerrrr…”

Kembali tubuhku menggelepar melepas orgasmeku.
Kepalaku terdongak ke belakang, sementara Bowo tetap menggerakkan kontolnya dalam jepitan memekku sambil tangan kanannya menjambak jilbabku, meremasnya kuat-kuat sedang tangan kirinya meremas kuat tetekku. Kini tubuhnya sepenuhnya menindihku. Kepalaku yang terdongak ke belakang didekapnya dan dilumatnya bibirku sambil tetap menggoyangkan pantatnya maju mundur. Aku yang sedikit terbebas dari tekanannya ikut memutar pantatku untuk meraih kenikmatan lebih banyak.

Kami terus bergerak sambil saling berpagutan bibir dan saling mendorong lidah kami. Entah sudah berapa kali aku kelojotan mencapai orgasme selama bersetubuh dengannya. Hebatnya ia baru sekali mengalami ejakulasi saat ngentotin aku pertama tadi.

Tubuhku terasa lemas sekali. Aku sudah tidak mampu bergerak lagi. Bowo melepaskan kontolnya dari jepitan memekku dan mengangkat tubuhku hingga posisi terlentang.
Aku sudah pasrah. Dibentangkannya kedua pahaku lebar-lebar lalu kembali Bowo menindihku.
Memekku yang sudah sangat licin disekanya dengan handuk kecil yang ada di tempat tidur. Kemudian ia kembali menusukkan kontolnya ke bibir kemaluanku. Perlahan namun pasti, seperti gayanya tadi dikocoknya kontolnya hingga sedikit demi sedikit kembali terbenam dalam kehangatan liang memekku. Tubuh kami yang sudah basah oleh peluh kembali bergumul.

“Boowwooo… kkaammuu…hebatthhh..” bisikku.

Namun kami tidak dapat berbicara lagi karena lagi-lagi bibirnya sudah melumat bibirku dengan ganasnya. Lidah kami saling dorong-mendorong sementara pantatnya kembali menggenjotku sekuat-kuatnya hingga tubuhku timbul tenggelam dalam busa springbed yang kami gunakan.
Kulihat tonjolan urat di kening Bowo semakin jelas menunjukkan napsunya sudah mulai meningkat. Napasnya semakin mendengus seperti kerbau gila. Aku yang sudah lemas tak mampu lagi mengimbangi gerakannya.

“Uuggh… ugghh… uuukkhhhh…”

Dengus napasnya semakin bergemuruh terdengar di telingaku. Bibirnya semakin ketat melumat bibirku. Lalu kedua tangannya menopang pantatku dan menggenjot memekku dengan tusukan-tusukan gencar kontolnya. Aku tahu sebentar lagi ia akan sampai. Aku pun menggerakkan pantatku dengan sisa-sisa tenagaku. Benar saja, tiba-tiba ia menggigit bibirku dan menghunjamkan kontolnya dalam-dalam ke dalam dasar liang memekku.

Ccrroot… crroott.. ccrrott… croottt.. cccrrroottt… “mmpphhh…ooookkkhhh…hhaahh…haahh…aaakkhhh….” Desahnya. Ada lima kali mungkin ia menyemprotkan spermanya ke dalam rahimku. Ia masih bergerak beberapa saat seperti berkelojotan, lalu ambruk di atas perutku. Aku yang sudah kehabisan tenaga tak mampu bergerak lagi.

Kami tetap berpelukan menuntaskan rasa nikmat yang baru kami raih. Kontolnya yang masih kencang tetap menancap erat ke dalam memekku. Keringat kami melebur menjadi satu. Akhirnya kami tertidur sambil tetap berpelukan dengan kontolnya tetap tertancap dalam liang kenikmatanku.
Hampir pagi ia membangunkanku untuk pamit pulang karena ia harus ikut apel pagi di kantornya. Sebelum pergi, Bowo sempat melumat hangat bibirku. Ohhh… nikmatnya kontol polisi muda ini, membuat aku ingin menikmatinya kembali.
III
Sudah hampir dua minggu sejak persetubuhanku dengan Bowo kami tidak melakukannya lagi. Selama itu aku kadang menikmati kontol-kontol teman kampusku tapi tidak ada yang membuatku menggelepar seperti Bowo. Duh,aku begitu bernafsu ingin merasakan kehangatan dan keganasan kontolnya kembali. Lama-lama aku merasa kangen juga dengan pistol gombyoknya (kontol,bhs prokem jogja.red). Aku sudah merindukan keliarannya, bau keringatnya dan juga kejantanannya.
Sabtu itu kuberanikan datang ke pos polisi dekat gramedia jogja untuk mencari tahu, tidak ada satupun polisi disitu yang menatapku heran karena aku memakai jaket angkatan yang bertuliskan almamaterku, kemeja panjang dengan tetap berjilbab jadinya kelihatan musilamah dan alim banget kan?ha..ha.. tetapi sayangnya dia lagi nggak bertugas di pos itu. Kata salah satu polisi tua disitu katanya saat ini dia lagi tugas jaga di pos Janti. Dengan mengucap terima kasih, akupun langsung meluncur ke pos jaga di Janti dan ternyata sesampainya di situ memang kulihat ada dua motor laki-laki. Aku pun langsung masuk ke dalam tetapi Cuma ada satu polisi yang sudah lumayan berumur. Dia mengatakan kalau Pak Bowo mungkin lagi istirahat di belakang pos karena sehabis tugas malam tadi, tanpa curiga karena dandananku yang kelihatan sholekah bapak itu menyuruhku langsung saja ke belakang. Pos jaga di sini memang menempel dengan rumah dibelakangnya yang oleh pemiliknya digunakan untuk titipan parkir mahasiswa yang mau pulang kampung dengan bus.

Bangunan itu nggak begitu besar, di ruang tamu dan terasnya sudah dijadikan tempat titipan motor terbukti banyak motor berbagai jenis yang ada di situ. Oleh penjaga disitu aku disuruh langsung ke belakang lewat celah samping rumah. Dengan penasaran aku masuk lewat samping rumah itu dan begitu aku menemukan pintu lagi aku masuk ke dalamnya yang ternyata sebuah ruang makan yang menyatu dengan dapur dan kamar mandi di sebelahnya dan sayup-sayup kudengar suara berkecipak air di kamar mandi yang terletak di sudut belakang rumah.
Kudengar suara parau mendendangkan lagu pop dengan suara fals. Itu suara Bowo yang sangat kukenal di telingaku. Ku duduk di salah satu kursi panjang di situ sambil minum air yang sudah kubawa dari rumah. Bowo yang hanya berbalut handuk tampak kaget melihatku ada disitu. Tetapi kemudian dia tersenyum nakal mengetahui tujuan kedatanganku apalagi tiga kancing kemeja lengan panjangku sudah ku lepas dari tadi karena merasa agak gerah juga sehingga belahan dadaku lumayan mengintip dan rupanya memancing gairahnya.

Tanpa banyak kata Bowo berjalan menutup pintu kayu samping tadi dan menguncinya. Begitu pintu ditutup, Bowo langsung memeluk tubuhku dari belakang. Disibakkannya kain jilbabku lalu diciuminya tengkukku dengan ganas seperti biasanya.
“Saya.. kangen sama Mbak Mae…” bisiknya di telingaku.

Aku sendiri juga kangen dengan cumbuannya dan kangen dengan senapan revolvernya, bahkan birahiku sudah mulai meledak-ledak tadi saat melihatnya Cuma memakai handuk dan aku sudah nggak sabar untuk merasakan daging kerasnya lagi di dalam memekku.

Tangannya yang terampil segera melepas jaket angkatan yang ku pakai dan melemparkannya ke kursi. Mulutnya tak henti-hentinya menciumi tengkukku hingga membuatku menggerinjal karena geli. Ia tahu benar kelemahanku. Dijilatinya daerah belakang telingaku lalu tangannya melepas sisa kancing baju kemejaku satu demi satu dan dilemparkannya ke kursi tempat ia melempar jaketku tadi.

Begitu punggungku terbuka, dengan serta merta dicumbunya punggungku dengan jilatan-jilatan dan gigitan-gigitannya yang membuatku kangen. Kemudian dengan mulutnya digigitnya kaitan bra ku hingga terlepas. Tangannya yang kekar menyusup ke dalam kutangku dan meremas isinya yang penuh. Jari-jarinya dengan lincah memainkan dan memilin-milin kedua puting tetekku.
Setelah puas, dilepasnya kutangku dan dilemparkannya jadi satu dengan kemejaku tadi. Kini aku hanya mengenakan celana panjang sementara tubuh atasku sudah terbuka sama sekali. Jilbabku sama sekali tidak dilepasnya karena menurutnya membuatku lebih kelihatan cantik dan itu membuatnya sangat bergairah bisa bercinta dengan perempuan yang masih berjilbab.
Jilatan lidahnya terus merangsek seluruh punggungku dengan ganas. Seolah-olah orang yang sedang kelaparan mendapatkan makanan lezat. Kumisnya yang tipis dan jarang terasa geli menggesek-gesek kulit punggungku.

“Jangan di sini, Wwoo…oohhhhh…”

Aku yang sudah mulai terangsang masih mampu menahan diri untuk tidak disetubuhi di dapur yang keliahatan jarang dibersihkan itu.
Tanpa banyak bicara didorongnya tubuhku masuk ke kamar satu-satunya yang ada di ruangan itu. Di situ tidak ada tempat tidur seperti di rumahku. Yang ada hanya kasur yang sudah agak kumal yang terhampar di lantai yang dilapisi karpet plastik serta meja kecil untuk tempat minuman, mungkin ruangan ini digunakan jika para polisi itu mengantuk atau membawa gadis-gadis yang pengen mereka nikmati waktu tugas jaga malam. Tubuhku didorong hingga punggungku memepet tembok tanpa plester di kamar itu. Kali ini bibirku langsung disosornya dengan ganas. Dilumatnya bibirku dan disisipkannya lidahnya masuk ke dalam mulutku mencari-cari lidahku.

Aku semakin gelagapan mendapatkan serangan-serangannya. Apalagi kedua tetekku diremas-remas dengan ganas oleh tangannya yang kasar. Bibirnya mulai merayap turun dari bibirku ke dagu lalu leherku dijilat-jilatnya dengan ganas. Aku semakin menggelinjang. Napasnya yang mendengus-dengus menerpa kulit leherku membuat seluruh bulu romaku berdiri. Dari leher, bibirnya terus turun ke bawah dan berhenti di dadaku. Sekarang giliran tetekku yang dijadikan bulan-bulanan serbuan bibirnya. Kumisnya terasa geli menyentuh dan mengilik-ngilik tetekku. Aku merasa semakin terangsang dengan ulahnya itu.
Dengan masih berdiri memepet tembok, celanaku dilucuti oleh tangan terampilnya. Aku membantunya melepas celana panjangku dengan mengangkat kaki dan menendang jauh-jauh. Tanganku pun tak tinggal diam, kutarik handuk yang melilit di pinggangnya hingga ia telanjang bulat didepanku. Rupanya ia tidak mengenakan celana dalam!! Kontolnya yang panjang, besar dan berwarna kecoklatan gagah nampak tegak berdiri. Benar-benar jantan kelihatannya.

Tanpa disuruh, tanganku pun segera menggenggam kontolnya dan meremas serta mengurutnya.
“Oouugghhh…ssshh…terusshhhh, Mmaaee…” desahnya, kini ia berani memanggil namaku saja.
Bowo mendengus keenakan saat kuremas-remas gemas dan kuputar-putarkan tanganku di kontolnya yang membuat aku tergila-gila.

“Aaakkkhhh…oouuccchhhhhh….”

Kini giliranku yang mendesis kenikmatan saat kurasakan tangannya menyusup ke dalam celana dalamku dan meremas-remas gundukan memekku yang sudah basah. Tidak Cuma itu… jarinya mengorek-ngorek ke dalam celah memekku dan mempermainkan tonjolan kecil di celah memekku. Aku semakin liar bergoyang saat jari-jarinya semakin masuk ke dalam liang memekku. Rasanya liang memekku semakin basah oleh cairan akibat rangsangannya itu.
Aku agak kecewa saat tiba-tiba ia menghentikan rangsangan di selangkanganku. Tangannya kini bergerak ke belakang dan meremas buah pantatku. Sementara itu mulutnya terus turun ke arah perutku dan lidahnya mengosek-ngosek pusarku membuat aku kembali terangsang hebat. Tiba-tiba Bowo melepaskan tanganku dari batang kemaluannya dan bersimpuh di depanku yang masih berdiri. Serta-merta digigitnya celana dalamku dan ditarik dengan giginya ke bawah hingga teronggok di pergelangan kakiku. Aku membantunya melepaskan satu-satunya penutup tubuhku selain jilbabku tentu saja dan menendangnya jauh-jauh.

Kini mulutnya sibuk menggigit dan menjilat daerah selangkanganku. Dikuakkannya kakiku lebar-lebar hingga ia lebih leluasa menggarap selangkanganku. Dengan bersimpuh Bowo mulai menjilati labia mayoraku sementara tangannya meremas pantatku dan menekannya ke depan hingga wajahnya lebih ketat menyuruk ke bukit kemaluanku.

Tidak ada komentar: